The Lean Startup ini diciptakan oleh Eric Ries, dia mulanya adalah seorang programmer komputer sebelum terjun ke dunia bisnis dan manajemen. Sepanjang karier di bidang industri dia selalu bekerja di bidang pengembangan produk dan lebih banyak berhubungan langsung dengan orang-orang operasional serta rekayasa; sedangkan peran sebagai manajer atau praktisi pemasaran diemban oleh mitra dan bosnya. Berkali-kali dia banting tulang untuk mengerjakan produk yang ujung-ujungnya gagal di pasaran.
Baca juga: 7 Buku Bisnis, Panduan Berwirausaha untuk Meraih Kesuksesan
Mula-mula, terutama karena latar belakang dia, kegagalan-kegagalan itu dia anggap sebagai persoalan teknis yang membutuhkan solusi teknis: arsitektur yang lebih baik, proses rekayasa yang lebih baik, disiplin dan fokus lebih, atau visi lebih jelas mengenai produk. Sayangnya, walau aspek-aspek tersebut telah diperbaiki, mereka tetap menuai kegagalan.
Oleh karena itu, dia baca saja semua yang sepertinya relevan. Dia juga beruntung karena sejumlah tokoh berotak paling brilian di Silicon Valley berkenan menjadi mentor dia. Pada saat mendirikan IMVU dia rajin melahap ide-ide baru apa saja dalam rangka menyukseskan perusahaan.
Dia beruntung karena cofounder dia bersedia bereksperimen dengan pendekatan baru. Sama seperti dia, mereka sudah bosan dengan pola pikir tradisional yang selalu berbuah kegagalan.
Selain itu, dia mujur karena Steve Blank menjadi investor dan penasihat dia. Pada tahun 2004 Steve baru mulai mensyiarkan sebuah gagasan baru: aspek bisnis dan pemasaran dalam sebuah startup harus dianggap sama pentingya seperti aspek rekayasa dan pengembangan produknya sehingga membutuhkan metodologi khusus yang saksama.
Metodologi khusus itu kemudian dia sebut sebagai Customer Development. Dalam pengalaman sehari-hari dia sebagai seorang entrepreneur, metodologi itu ternyata mencerahkan dan sangat bermanfaat sebagai sebuah panduan.
Baca juga: Karakteristik yang Diperlukan Menjadi Wirausaha yang Sukses
Pada saat yang sama dia tengah sibuk mengomandai tim pengembangan produk IMVU dengan menggunakan metode-metode tidak biasa yang sudah dia sebut sebelumnya.
Apabila yang dijadikan tolok ukur adalah teori-teori tradisional tentang pengembangan produk yang sudah dia pelajari sepanjang karier dia, metode-metode tersebut tidak masuk akal. Namun nyatanya, dia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa metode-metode itu memang manjur.
Meski demikian, dia kesulitan menjelaskan praktik-praktik ini kepada para karyawan baru, investor, dan founder perusahaan lain karena mereka masih kekurangan istilah umum dan prinsip konkret untuk memahami praktik-praktik tersebut.
Dia lantas mulai mencari ide yang dapat menerangkan pengalaman dia ini di luar bidang kewirausahaan. Dia mulai mempelajari industri-industri lain, terutama industri manufaktur yang menjadi sumber dari sebagian besar teori manajemen modern.
Dia mengkaji produksi ramping, proses yang bermula dari Toyota Production System di Jepang, sebuah proses produksi barang yang digagas masih sepenuhnya baru. Dengan meminjam ide-ide dari produksi ramping, yang kemudian dia ubah dan sesuaikan menurut kebutuhan, dia pun memperoleh garis besar yang memadai untuk menjelaskan pengalaman dia sendiri.
IMVU meraih sukses besar. Konsumen IMVU menciptakan lebih dari 60 juta avatar. Perusahaan mereka senantiasa meraup laba, memperoleh pemasukan tahunan senilai US$50 juta lebih pada tahun 2011, mempekerjakan seratus orang lebih di kantor mereka di Mountain View, California. Katalog IMVU yang terkesan demikian riskan beberapa tahun silam kini memuat lebih dari 6 juta barang virtual; jumlahnya bertambah tujuh ribu lebih tiap harinya, dan hampir semuanya diciptakan oleh konsumen.
Berkat kesuksesn IMVU, dia kemudian dimintai saran oleh startup dan venture capitalist lain. Ketika menjabarkan pengalaman dia di IMVU, dia sering kali menjumpai tatapan bengong dan skeptisisme yang ekstrem. Tanggapan paling lazim adalah, “Mana mungkin berhasil?” karena pengalaman dia sama sekali tidak lumrah apabila ditinjau dari perspektif pemikiran konvensional, sebagian besar orang bahkan di pusat inovasi di Silicon Valley kesulitan menerimanya.
Lalu, dia mulai menulis, pertama-tama di blog berjudul Startup Lessons Learned, dan berbicara di konferensi dan di hadapan perusahaan, startup, dan venture capitalist kepada siapa saja yang bersedia mendengarkan.
Dalam berbagai ajang untuk mempertahankan dan menjelaskan pemikiran dia, juga dalam kolaburasi dia dengan para penulis, pemikir, dan entrepreneur lain, dia berkesempatan memoles dan mengembangkan konsep awal dia yang masih kasar hingga menjadi teori Lean Startup seperti saat ini.
Dia berharap kita bisa mencari cara untuk menyingkirkan pemborosan besar-besaran yang kerap dia temui: startup membuat produk yang tidak diinginkan siapa pun, produk baru yang ditarik dari pasaran, dan sekian banyak impian yang tidak terwujud.
Akhirnya, ide Lean Startup berkembang menjadi gerakan global. Para entrepreneur mulai membentuk kelompok-kelompok lokal agar bisa bertatap muka untuk mendiskusikan dan menerapkan ide-ide Lean Startup.
Komunitas-komunitas praktisi ini kini terorganisasi di lebih dari seratus kota di penjuru dunia. Dalam perjalanan ke berbagai negara dan benua, dia melihat tanda-tanda semangat kewirausahaan yang bangkit di mana-mana. Gerakan Lean Startup menyuguhkan cara baru dalam berwirausaha bagi para founder generasi baru yang mendambakan ide-ide segar untuk mendirikan perusahaan yang sukses.
Walaupun latar belakang dia adalah di bidang kewirausahaan teknologi perangkat lunak canggih, gerakan Lean Startup telah berkembang jauh melampaui cikal bakalnya. Ribuan entrepreneur telah menerapkan prinsip-prinsip Lean Startup dalam berbagai bidang industri.
Dia sempat bekerja sama dengan entrepreneur di beragam ukuran perusahaan, berbagai bidang industri, dan bahkan di pemerintahan. Perjalanan ini telah mengantarkan dia ke tempat-tempat yang tidak dia sangka, dari perusahaan venture capitalist paling elit, ke ruang direksi perusahaan Fortune 500, hingga ke Pentagon.
Dia dipanggil oleh Angkatan Udara AS, untuk menjelaskan prinsip-prinsip Lean Startup. Bahkan dia merasa gugup ketika sedang menjelaskan hal tersebut di hadapan direktur bidang informasi Angkatan Udara AS, karena seorang jenderal bintang tiga ini sangat terbuka akan ide-ide baru, dan menerima ide yang diberikan oleh Eric Ries ini.
Semenjak ini, Eric Ries tersadar bahwa sudah waktunya dia benar-benar mencurahkan secara purnawaktu pada gerakan Lean Startup. Yang menjadi misi dia adalah mendongkrak tingkat keberhasilan produk inovatif baru di seluruh dunia. Di tahun 2011, Eric Ries meluncurkan sebuah buku yang diberi judul The Lean Startup.
Sumber: Buku The Lean Startup, Eric Ries.
Leave a Reply